Menghidupi Nilai-nilai Kekristenan

Christ in meMasa sekarang sering sekali terjadi diskusi dan perdebatan tentang “nilai-nilai Kekristenan.” Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip rohani /moral yang olehnya orang-orang percaya membangun kehidupan mereka. Mempertahankan nilai-nilai Kekristenan kelihatannya merupakan hal yang mulia pada permukaannya. Akan tetapi Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kehidupan kita harus dibangun di sekitar suatu sistem nilai tertentu.

Paulus tidak pernah berkata, “Bagiku hidup adalah untuk hidup seperti Kristus.” Namun banyak orang Kristen akan menyarankan bahwa menirukan kehidupan Kristus merupakan suatu tujuan yang berharga. Paulus memang berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus.” Gaya hidupnya bukanlah suatu tiruan dari kehidupan Yesus. Kekristenan bukanlah suatu tiruan dari kehidupan Kristus. Kekristenan adalah suatu ekspresi dari kehidupan-Nya.

Saat seseorang berfokus pada menirukan Kristus, dia akan terobsesi dengan melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Jelas sekali, seorang Kristen seharusnya melakukan yang benar dan menghindari yang salah, tetapi banyak orang di gereja modern memutarbalikkan urutannya. Alkitab tidak pernah menyarankan agar kita bertindak dengan suatu cara tertentu agar menjadi orang benar. Segala usaha untuk mencapai kebenaran melalui perilaku kita hanya akan menuntun kepada kebenaran diri.

Saat seseorang menerima Kristus, ia diberi sifat alami dari Yesus itu sendiri. Petrus mengatakan bahwa kita telah “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Petrus 1:4). Seorang Kristen tidak perlahan-lahan semakin menjadi orang benar – ia telah diberi anugerah kebenaran dalam pribadi Kristus! 2 Korintus 5:21 mengatakan, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Anda mungkin dapat bertindak lebih benar dari pada apa yang Anda lakukan saat ini, tetapi Anda tidak akan pernah dijadikan lebih benar lagi dari yang apa adanya Anda sudah jadi saat ini. Setiap orang Kristen memiliki sifat alami Kristus. Bagaimana mungkin kita menjadi lebih kudus dari pada sifat Kristus itu?

Saat fokus kita hanya pada perilaku, kita sedang hidup dalam suatu jenis kehidupan “Kekristenan” yang legalistik dan berdasarkan pada kinerja / perbuatan. Maksud Tuhan adalah agar fokus kita seharusnya kepada Yesus. Tinggal di dalam Dia akan membuat kita hidup dalam kemenangan.

Christ in meGaya hidup kita tidaklah dibangun atas nilai-nilai – Kekristenan ataupun yang lainnya. Kehidupan kita adalah Kristus! Saat kita tinggal di dalam Dia, kebenaran-Nya dinyatakan melalui sikap hidup kita. Bila terlepas dari Dia, bahkan perbuatan-perbuatan “baik” kita tidaklah lebih daripada agama yang kosong. Yesus berkata, “Diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Kita dapat berkhotbah, berdoa, mengajar, bersaksi, memberi dan melakukan ratusan hal lainnya, namun bahkan semua hal itu ditambahkan tetap saja semuanya kosong di mata Allah bila kita tidak tinggal di dalam Kristus.

Jangan terjebak dalam kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai. Hiduplah oleh hidup-Nya. Peniruan Kristus adalah agama kosong. Menjadi ekspresi dari Kristus itulah Kekristenan yang sejati. Sebuah tiruan tidak akan pernah sebaik yang aslinya. Jangan puas hanya oleh suatu pengganti murahan. Tinggallah di dalam Dia!

 

Catatan:

Tulisan ini adalah terjemahan dari salah satu artikel yang ditulis oleh Steve McVey di websitenya.

You can also read the original English “Living By Christian Values”.

Categories: Identitas, Iman, Kasih Karunia Pemberdayaan, Mempelai Kristus | Tag: , , , , , | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Leave a Reply / Tinggalkan tanggapan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.