Sebuah Cara yang Lebih Baik Untuk Berdoa

Puluhan tahun yang lalu, saya berpartisipasi dalam suatu pertemuan doa sepanjang malam yang membombardir gerbang-gerbang surga. Saya ingat memukul-mukul tembok dan berteriak, Tuhan, jika saja Engkau mengasihi orang-orang di Arlington, Texas, setengah saja dari banyaknya kasih saya, kami akan memiliki kebangunan rohani!” Dengan segera, pikiran saya secepat kilat menyadari bahwa ada sesuatu yang sungguh tidak beres dengan teologi saya. Apa yang saya sedang pikirkan?

Apakah saya benar-benar percaya saya mengasihi orang-orang ini lebih dari yang Tuhan lakukan? Tidak, sama sekali tidak. Seperti kebanyakan orang Kristen, saya percaya Tuhan sedang marah mengenai keadaan manusia, dan untuk mengubah-Nya dari murka dan penghakiman itu bergantung kepada saya. Saya sedang menjadi perantara, atau begitulah yang saya pikir, sedang memohon kepada Tuhan atas nama orang lain. Apa yang mungkin bisa salah dengan itu? Sebagaimana yang saya pelajari kemudian, kelirunya banyak.

mar-13-childHal-hal yang Tuhan telah ungkapkan kepada saya tentang doa semenjak itu telah benar-benar mengubah hidup saya, dan saya sekarang sedang melihat hasil-hasil yang ajaib. Jika Anda tidak mendapatkan hasil yang Anda tahu Tuhan ingin Anda miliki, mungkin sudah waktunya untuk mempertimbangkan cara yang lebih baik untuk berdoa. Saya tidak mengatakan bahwa siapa pun yang tidak berdoa seperti yang saya lakukan “berasal dari setan.” Saya tidak “berasal dari setan” dalam cara saya dulu berdoa. Saya mencintai Tuhan dengan segenap hati saya, dan Tuhan mengasihi saya. Namun hasil doa itu tidak ada.

Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa Allah sudah tidak marah pada manusia lagi. Dia tidak lagi mempertalikan atau memegang dosa-dosa kita untuk melawan kita.

“Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.” (2 Kor. 5:19).

Kita SEKARANG telah diperdamaikan dengan Allah melalui Yesus. Itu berarti kita berada dalam keadaan harmoni dan bersahabat dengan Allah sekarang. Dia tidak murka; Dia bahkan tidak dalam keadaan hati yang buruk. Perang antara Allah dan manusia telah selesai. Itulah yang malaikat-malaikat nyatakan pada kelahiran Yesus.

Lukas 2:14 mengatakan,

Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera, (niat yang baik terhadap manusia) di bumi. (KJV)

Malaikat tersebut tidak mengatakan bahwa damai akan menguasai bumi dan bahwa perang antara orang-orang akan berhenti. Hal itu tentu saja memang tidak terjadi. Mereka sedang menyatakan berakhirnya perang antara Allah dan manusia. Yesus membayar suatu harga yang jauh lebih besar dari pada dosa-dosa seluruh umat manusia.

Murka dan keadilan Tuhan telah dipuaskan. Yesus telah mengubah segalanya. Allah tidak marah. Rahmat-Nya meluas ke semua orang. Dia mengasihi dunia, bukan hanya gereja, tetapi seluruh dunia. Ia telah membayar untuk semua dosa.

Alkitab mengatakan dalam 1 Yohanes 2:2,

Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.”

Dalam Perjanjian Lama, penghakiman Allah dicurahkan baik kepada individu-individu maupun bangsa-bangsa. Dalam Perjanjian Baru, penghakiman Allah dicurahkan pada Yesus. Itulah berita Injil yang hampir terlalu baik-untuk-menjadibenar. Kita tidak lagi memperoleh apa yang kita layak dapatkan; kita memperoleh apa yang untuknya Yesus telah membayar harga, jika kita mau percaya saja.

Sebelum saya memahami hal ini, saya akan mengatakan, “Jika Tuhan tidak menghakimi Amerika, Dia harus meminta maaf kepada Sodom dan Gomora.” Sekarang saya berkata, “Jika Allah menghakimi America, Dia harus meminta maaf kepada Yesus.” Memahami apa yang Yesus telah lakukan benar-benar mengubah perspektif kita.

Kedua, Yesuslah sekarang Sang Mediator / Perantara. Seorang mediator adalah orang yang berusaha untuk mendamaikan, atau membuat rujuk kembali dua pihak yang bertentangan. Dalam Perjanjian Lama, manusia belum diperdamaikan dengan Allah melalui Yesus. Orang-orang membutuhkan mediator, seseorang untuk bersyafaat kepada Allah atas nama mereka. Itulah di mana kita menemukan orang-orang seperti Abraham dan Musa yang memohon kepada Allah.

Dalam Kejadian 18:23-25, Abraham bersyafaat kepada Allah atas nama Sodom dan Gomora:

Abraham datang mendekat dan berkata: “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu? Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?””

Bahkan, Abraham justru bernegosiasi dengan Allah sampai ia tahu Allah setuju untuk tidak menghancurkan Sodom dan Gomora demi sepuluh orang benar. Tapi tidak ada sepuluh orang benar di seluruh kota, dan hanya beberapa orang keluarga Lot yang selamat. Cerita serupa dicatat dalam Keluaran 32:9-12 dan 14. Di sini Allah nampak sangat marah dengan umat itu, dan Musa bersyafaat bagi mereka:

“Lagi firman TUHAN kepada Musa: “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.” Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: “Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah (KJV: bertobatlah) karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. … Dan menyesallah (KJV: bertobatlah) TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.”

Musa benar-benar mengatakan kepada Tuhan, “Bertobatlah!” Betapa beraninya! Dari cerita-cerita ini dan cerita-cerita lainnya dalam Perjanjian Lama, pendoa-pendoa syafaat” modern percaya bahwa kita juga harus berdiri di celah, atau melakukan mediasi antara Allah dan manusia. Sama seperti saya beberapa dekade yang lalu, mereka percaya bahwa kita harus memohon kepada Allah untuk menyelamatkan yang hilang, untuk menahan murka-Nya dari umat yang Dia siap hakimi, dan untuk bermurah hati kepada orang-orang yang kebutuhannya Dia tidak mau penuhi karena ketidak-layakan mereka.

Itu tidak bisa lebih keliru lagi, tetapi itulah yang diajarkan di banyak gereja saat ini. Itu mengabaikan fakta bahwa Yesus sekarang duduk di sebelah kanan Bapa (Ibr. 10:12), terus bersyafaat bagi kita (Ibr. 7:25).

Dalam 1 Timotius 2:5, kita membaca,

“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.”

Dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah SATU-SATUNYA mediator yang diperlukan untuk berdiri di antara Allah Bapa dengan umat manusia. Dosa sudah tidak lagi merupakan suatu masalah dengan Allah, itu sudah ditebus, dan kita sekarang adalah kebenaran Allah di dalam Kristus Yesus. Itulah bagaimana Tuhan melihat kita. Jika kita memahaminya, itu akan mengubah cara kita berdoa.

del-parson-09Sesuai untuk Abraham dan Musa berdoa sebagaimana yang mereka lakukan karena murka Allah nampak belum dipenuhi melalui Yesus. Hari ini di bawah Perjanjian Baru, jika orang mencoba menengahi dengan cara itu, mereka menjadi benar-benar antikristus melawan Kristus. Mereka sedang mengatakan bahwa Yesus saja tidaklah cukup dan mereka tidak menghargai apa yang telah Kristus lakukan. Ketika Yesus menjadi pengantara kita, Dia mengeluarkan semua mediator lain dari urusan itu untuk selamanya. Saya tahu perkataan ini keras, tetapi itulah kebenarannya.

Setan berada di belakang banyak ajaran yang salah mengenai “doa.” Pertimbangkanlah bagaimana licik rencananya dan buah yang dihasilkannya. Dia telah meyakinkan orang-orang percaya untuk terus tinggal di kamar mereka, untuk mengambil tempat Yesus dalam doa syafaat. Mereka menghabiskan berjam-jam memohon Tuhan untuk berbalik dari murka-Nya, untuk mencurahkan Roh-Nya, dan untuk memenuhi kebutuhan umat.

Sementara itu, para keluarga, rekan kerja dan tetangga akan masuk neraka dan kematian akibat penyakit. Alkitab tidak mengatakan bahwa keselamatan datang melalui doa syafaat, tetapi melalui kebodohan pemberitaan Injil (1 Kor. 1:21). Dan kita tidak disuruh berdoa bagi orang sakit, tapi untuk menyembuhkan orang sakit (Mat 10:8) dengan memerintahkan penyembuhan masuk ke dalam tubuh-tubuh mereka yang rusak.

Kita telah tertipu untuk menjadi percaya bahwa doa semuanya adalah tentang membujuk Tuhan untuk melepaskan kuasa-Nya. Kita percaya Dia dapat menyelamatkan, menyembuhkan, dan membebaskan tetapi bahwa Dia sedang menunggu kita untuk memperbaiki diri dan memperolehnya. Kebenarannya adalah kita tidak layak itu, dan kita tidak akan pernah cukup baik. Karena Yesus, semua yang Allah miliki adalah milik kita. Itulah kabar baik. Kita tidak perlu lagi mengemis atau memohon-mohon; kita perlu melatih otoritas yang Dia telah berikan kepada kita dan menerima berkat-berkat-Nya.

Benar-benar ada suatu cara yang lebih baik untuk berdoa. Saya tidak mengatakan bahwa itu adalah cara satu-satunya, tetapi itu berhasil untuk saya. Saya hanya menyentuh sedikit mengenai hal ini dalam tulisan ini, jadi saya mendorong Anda untuk membaca buku saya, A Better Way To Pray (Suatu Cara yang Lebih Baik untuk Berdoa). Saya berbicara tentang tujuan utama dari doa; pentingnya berbicara kepada gunung Anda tentang Allah, bukannya berbicara kepada Allah tentang gunung Anda; proses doa; dan saya mengungkapkan banyak kesalahpahaman tentang doa.

Kebenaran-kebenaran ini telah mengubah cara saya berdoa dan hasil-hasil yang saya dapatkan. Lebih penting lagi, saya percaya kebenaran-kebenaran ini bisa merevolusi tubuh Kristus. Saya berdoa agar Anda akan mengambil keuntungan dari kebenaran-kebenaran ini dan membantu saya membagikannya dengan orang lain.

 

Catatan:

Tulisan ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Andrew Wommack di websitenya.

You can also read the original English article “A Better Way To Pray”.

Categories: Identitas, Iman, Karakter Tuhan, Karya yang Sudah Selesai, Kasih Karunia Pemberdayaan, Pengampunan Dosa | Tag: , , , , , , , | 1 Komentar

Navigasi pos

1 thoughts on “Sebuah Cara yang Lebih Baik Untuk Berdoa

  1. Ping-balik: Lukisan Del Parson “Jesus Christ” – gratis | Christ of Grace

Leave a Reply / Tinggalkan tanggapan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Blog di WordPress.com.