Pada satu titik dalam karakter ilahi Tuhan, “tidak bisa” dan “tidak mau” berpadu menjadi satu hal yang sama. Ayat Kitab Suci berkata “mustahil” (Titus 1:2) bagi Allah untuk berdusta. Namun bagaimana ini bisa terjadi?
Bukankah Allah memiliki kebebasan bawaan untuk berdusta jika saja Dia mau? Lagipula Dia sepenuhnya berkuasa. Tidakkah itu memberi-Nya hak, kuasa, otoritas, kemampuan untuk berdusta kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun yang Dia mau?
Bahkan kalaupun kita sedang berbincang secara hipotetis, tidak dapatkah Tuhan menceritakan suatu dusta gemuk besar jika Dia memutuskan melakukannya? Tidak! Sama sekali tidak mungkin! Tidak jika benar ayat yang mengatakan adalah MUSTAHIL bagi Allah untuk berdusta. Bagaimana bisa begini? Baca lebih lanjut